CINTA (Sang Saudara Iman)

Image

Seorang bapa paruh baya datang kepada seorang ustadz. Dia mengadukan bahwa sekrang ia dan istrinya sudah tak saling mencintai. Sudah tak ada kehangatan dalam keluarga. dan ustadz itu pun berkata “berilah istrimu itu hadiah, perhatian dan jadwalkan acara bersama.” Sang bapa kaget, ia protes. Mana mungkin ia melakukan hal itu, rasa cinta pun sudah tak ada. Sang ustadz tersenyum lalu berkata, “Justru itulah kuncinya. Cinta itu terukur dari perbuatan yng kita lakukan. Makin kit cintai maka makin kuat pengorbanan kita. Cara terbaik menumbuhkan cinta adalah dengan makin banyak memperjuangkan hal itu.”

Kawan, cerita diatasa adalah kisah nyata yang saya dengarkan dari sesi curhatan  di sebuah chanel radio Islam.

Kata Cinta adalah satu kata yang paling sering diangkat menjadi suatu lagu. Satu kata yang paling sering menjadi tema cerita dan satu kata yang selalu menjadi tag line karya sastra modern. Menurut orang, dunia ini menjdi indah karena cinta. Dan karena cinta pula mereka menjadi berarti.

Benarkah pernyataan itu?

Ya memang benar. Kita tercipta di dunia ini karena cinta Illahi (baca: Rahmat). Kita tahu jalan kebenaranpun karena cinta dari sang pemberi petunjuk, Rasulullah yang mulia. Dan kita terlahir di dunia ini pun hasil dari cinta kasih kedua orang tua kita. Karena cinta-lah kita ada.

Maka apakah itu cinta? Cinta adalah suatu anugrah yang timbul dari cahaya Illahi yang selalu menghendaki kebaikan bagi yang kita cintai. Jadi kalau orang mengatakan dalil cinta demi melindungi kemaksiatan yang ia buat, itu adalah kesalahan besar. Karena cinta itu selalu menghendaki kebaikan.

Ternyata cita itu adalah sumber energi. Seorang teman yang penghobi Fisika pernah berkata Cinta itu laksana energi. Yang memberi daya dan upaya yang luarbiasa sehingga seseorang bisa melangkah dan berbuat sesuatu yang hebat. Namun sama seperti energi yang memiliki hukum kekekalan, diman energi tak dapat kita ciptakan atau musnahkan, hanya bisa berubah wujud. Begitu pula cinta. Tak dapat kita inginkan atau hilangkan hanya berubah wujud.”

Masih ingat cerita tentang seorang penghobi burung? Yang begitu mencintai burung-burung peliharaannya. seorang Penghobi berat burung kicau akan sangat telaten merawat dan menjaga peliharaannya tersebut. Ia akan sangat selektif dalam segala hal, makanan, perawatan, obat-obatan, porsi latihan, sangkar, waktu bertanding, pembiakan, bahkan porsi waktu yang ia sediakan untuk peliharaannya itu terkadang lebih besar dari porsi waktu untuk keluarganya. Dan hasilnya, burung kesayangannya akan kerap menjuarai kejuaran kicau. Ini nyata. Itulah bentuk sabar, karna sabar adalah turunan dari cinta. Kita akan sabar bila kita cinta pada hal yang mendatangkan masalah.

Seperti Tuhan yang mencintai hambanya. Ia menciptakannya kemudian membinanya, memberinya rizki, memberi petunjuk, mengurus, memberi penghargaan atas prestasi kita. Dan akan menghukum kita saat kita salah. Itulah bukti cinta.

Rasulullah teramat sangat mencintai umatnya. Menjelang akhir hayatnya ia masih meanggil-manggil umatnya. “umatti… umatti…” Beliau teramat sangat menghawatirkan umatnya hingga akhir hayatnya. Jutaan kisah tentang bukti cinta beliau terhadap umatnya telah diabadikan dalam buku. Suatu hal yang luar biasa

Dari cerita-cerita diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Ternyata cinta itu terukur. Dapat dilihat dan dibuktikan. Semakin cinta seseorang terhadap hal lain, maka makin kuatlah bukti yang ia berikan. Suatu standar awal tentang bukti cinta adalah yang dicintai itu selalu ada dalam ingatan, selalu yang paling utama.

Dan ingat. Cinta terindah itu adalah cinta kepada yang Maha Cinta. Cinta itu terukur dari perbuatan kita. Karena cinta seperti iman, butuh tekad, butuh amal, butuh bukti dan butuh perjuangan. Bila kita mengatakan cinta pada Allah dan pada Rasulullah, maka hal tersebut akan dituntut pembuktianya. Sebesar apa cinta kita. Sebesar itu lah pembuktian yang kita tunjukan.

Kita mungkin dengan mudah bisa bilang kita cinta agama ini. Kita cinta perubahan, kita cinta negeri ini. Tapi kita akan berat bila harus membuktikanya. Membuat pernyataan itu mudah. Tapi membuktikan pernyataan itu hal yang berbeda.

Dari hal diatas, maka kita dapat menakar kadar cinta seseorang terhadap sesuatu. Tak perlu pernyataan yang berapi-api. Karena cinta itu dapat dilihat dari pengorbanan yang ia lakukan. Bila seseorang waktunya lebih banyak dipergunakan untuk mengabdi pada suatu bidang seperti dakwah, kerja, menimbun harta atau “berpacaran” maka itulah cintanya.

Secara sederhana tanda cinta itu adalah kita rela berkorban, bekerja tanpa dibayar, menghabiskan waktu, untuk suatu hal. Hal itu kita rasa membawa kebahagiaan hati dan kepuasan batin. Maka hal apa yang paling membuat kita merasa nyaman, tenang? Itulah tanda cinta kita. Dan beruntunglah bila cinta kita itu pada jalan yang benar. Cinta pada agama, keluarga, masyarakat, pendidikan dan lain sebagainya. Dan celaka bila kita cinta pada hal yang tidak manfaat bahkan hal yang negatif, “ubud dunya” cinta pada kenikmatan semu dunia.

Orang akan cenderung melakukan hal yang ia senangi, yang ia merasa nyaman dalamnya. Dan percayalah kawan. Itulah gambaran cintanya. Mungkin cinta itu berwujud pekerjaan, harta, atau pasangan. Yang jelas yang selalu ada dalam pikiran seseorang. Itulah cintanya.

Mari sucikan cinta kita degan mencintai yang Maha Mencinta. Karena Cinta itu terukur dari perbuatan kita. Karena cinta seperti iman, butuh tekad, butuh amal, butuh bukti dan butuh perjuangan

Diterbitkan oleh belajarbarengandi

Mencoba terus belajar dan berusaha

3 tanggapan untuk “CINTA (Sang Saudara Iman)

Tinggalkan Balasan ke belajarbarengandi Batalkan balasan